Penggunaan DIKSI yang benar dalam Bahasa Indonesia
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata
dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua,
arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan
pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau
informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi secara
literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan
karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan
gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan
kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang
introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan
sintaks. Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi,
Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna
kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih
dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat
dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk
mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Didalam
karangan ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan
digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata
dalam penulisan karangan ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna
yang diacunya tepat dan jelas.
Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk
mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau
menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat.
Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata
yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Contoh :
1. Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin
menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya
kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang pahit dan
pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu
getir.
2. Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis secara
praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama, akan tetapi ketiga
kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksunya, masing-masing
kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang
dikandungnya. Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang
terencana, sistematis, dan menggunakan metode ilmiah. Hasil dari
aktivitas ini dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan
laporan penelitian.
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang
mengacu kepada upaya-upaya mencari bukti-bukti yang mendukung
pernyataan seseorang. Aktivitas ini dilakukan oleh orang-orang yang
berwenang menangani kasus hokum, seperti polisi. Produk dari aktivitas
ini dikenal dengan hasil penyelidikan.
Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas para
medis-dokter-yang dilakukan atas dasar keluhan fasiennya. Aktivitas itu
dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita fasien
melalui gejala-gejala yang dirasakan fasiennya atau indikator-indikator
lain yang terlihat dari fisik fasien. Hasil dari aktivitas ini dikenal
dengan diagnosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar